Dua hari lalu, sepulang melaksanakan praktek mengajar (PPL) di salah satu SMA swasta begitu masuk rumah anak sulung kami dengan wajah menyala berkata, “hari ini aku Bahagia sekali”.
“Emang kenapa kak?”, tanya kami kompak dengan penuh penasaran.
“Alhamdulillah anak-anak tadi semua
antusias mengikuti Pelajaran yang kubawakan. Padahal di jam terakhir lho. Biasanya
mereka Sebagian besar mengantuk. Tapi tadi tak satupun yang mengantuk. Semua mengikuti
Pelajaran dengan seksama”, kata kakak menjelaskan.
“Barokallah kak, berarti kamu cocok
menjadi guru karena berhasil menghadirkan happiness pada anak-anak”, kataku menimpali.
Sekelumit kisah yang berdasarkan
kejadian nyata diatas lagi-lagi memberikan penjelasan bahwa bahagianya seorang
guru itu sederhana. Ketika siswa merasa senang dan mengikuti Pelajaran yang
dibawakan dengan penuh perhatian dan ketertarikan itu sudah memberikan kepuasan
batin yang luar biasa dalam diri seorang guru. Mengalahkan berita cairnya
tunjangan sertifikasi yang lama ditunggu gak cair-cair. Hehe.
Ada satu hal penting yang patut di highlight.
Yaitu tentang happiness.
Saya teringat salah satu prinsip
pembelajaran yang diajarkan gurunda Munif Chatib (almarhum).cek disini Beliau pernah
menyampaikan diantara indikator berhasilnya proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru adalah adanya happiness (kebahagiaan) dalam diri
siswa maupun guru.
Jadi happiness juga termasuk hasil
atau output siklus pembelajaran bahkan paling menentukan. Hadirnya happiness
akan mengikat kuat pengalaman pembelajaran di relung hati semua siswa yang akan
diingatnya sepanjang masa.
So, untuk para guru jangan lupa happy
dan menghadirkan happiness dalam setiap kegiatan pembelajaran yang
disajikan.