Selasa, 19 Juli 2022

Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah

Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah


Saya mulai mengenal Qaryah Thayyibah pada tahun 2007 ketika mengajar di SMP Alam.

Bermula dari membaca buku berjudul Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah yang bertengger di rak perpustakaan sekolah, saya jadi penasaran. Akhirnya saya putuskan untuk langsung meluncur ke alamat yang tertera di halaman buku.

Alhamdulillah sesampai disana kami disambut oleh pak Bahrudin yang ternyata adalah founder komunitas Qaryah Thayyibah.

photo: web kbqt

Munculnya komunitas belajar ini bermula dari kebutuhan pak Din dan beberapa masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani Qaryah Thayyibah akan pendidikan menengah bagi  anak-anak mereka. Ketika mereka berkeliling mencari sekolah yang mereka dapatkan justru keprihatinan akan kondisi sekolah yang ada dan berkembang menjadi keprihatinan pada kondisi pendidikan di Indonesia umumnya.

Jadilah mereka memutuskan untuk membuat sendiri lembaga pendidikan yang sesuai dengan keinginan mereka. Yang kemudian berkembang menjadi komunitas belajar Qaryah Thayyibah.

photo: web kbqt

Ketika saya berkesempatan membawa siswa live in disana selama tiga hari dua malam saya sendiri mendapatkan pengalaman dan pencerahan yang luar biasa tentang bagaimana konsep dan praktek pendidikan yang efektif dan produktif.

Hampir tidak ada aturan yang diberlakukan disana yang tujuannya memberikan kesempatan seluasnya kepada anak untuk menemukan dirinya, sekaligus menfasilitasi untuk mengembangkan potensi yang mereka temukan.


Siswa angkatan pertama mereka menghasilkan karya yang sangat monumental. Diantaranya beberapa siswi yang bersepakat untuk ikut UN hanya untuk meneliti bagaimana UN dan menjadi bahan semacam tesis mereka. Walhasil setelah UN mereka berhasil membuat buku ‘Lebih Asyik tanpa UN’. Siswa yang lain ada yang produktif membuat film pendek, ada juga yang membuat lagu, membuat komik dan lainnya. Semua anak asyik berkarya. Dari karya mereka bahkan ada yang bisa menjadi mesin ATM.

Begitulah harus sebuah proses pendidikan. Tidak hanya formalitas pertemuan terstruktur tapi sepi karya. Harusnya menjadi ajang pencarian bakat, pembibitan, pengembangan sekaligus melejitkan bakat menjadi karya yang monumental atau menjadi masterpiece setiap siswa.

Semoga kurikulum merdeka ini bisa membuat mayoritas sekolah formal pelaku pendidikan mengikuti jejak komunitas belajar Qaryah Thayyibah sehingga Indonesia menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar