Rabu, 18 Agustus 2021

Ayah, Jangan Berlebihan dalam Memberi Harta Kepada Ananda

 

Kaget juga ketika kamis pagi itu melihat foto waprian pak Syakir, salah satu rekan guru saya. Beliau mengirimi foto Anto (nama samaran), salah satu siswa kami dengan kondisi wajah penuh tembelan perban putih. Hari itu juga kami home visit kerumah Anto untuk bersimpati dan mengetahui detail kejadian yang dialaminya.



Sehari sebelumnya, rabu pagi kami sempat bertemu dengan Anto ketika dia sendiri datang ke sekolah untuk mengambil modul belajar mandiri. Kondisinya baik-baik saja. Bahkan dari sorot mata dan kecerahan wajahnya saya menduga dia dalah siswa yang sangat semangat menyambut pembelajaran di tahun ajaran baru.

 

Anto, menjadi korban kecerobohan dan tidak bertanggungjawab teman bermainnya. Kata Ayahnya, dia diajak bonceng motor oleh teman sebayanya yang belum mahir menaiki motor tapi nekat mencoba aksi akrobatik standing. Walhasil, Anto terpental kebelakang dan wajahnya pun beradu dengan paving block jalanan.


Kejadian tersebut layak menjadi perhatian dan peringatan bagi semua. Khususnya bagi siswa sekolah dasar jangan tergesa untuk mencoba sesuatu yang belum saatnya untuk mencoba. Bagi orangtua, terutama ayah janganlah memberi ijin atau menyerahkan harta atau benda berharga dengan jumlah besar kepada ananda ketika belum tiba masanya.


Saya teringat salah satu materi kajian yang disampaikan oleh ustadz Budi Ashari, founder sekolah Khuttab Al-Fatih tentang hal itu. Beliau mengutip peringatan yang sudah Allah berikan untuk para orangtua agar tepat dalam memberikan sesuatu (harta atau benda berharga) kepada anaknya. Peringatan tersebut terdapat di surat Annisa ayat kelima yang artinya, "dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya (baligh) harta..."

 

Syeikh As-Sa'di, ulama tafsir kontemporer menafsirkan orang yang belum sempurna akalnya yaitu orang yang belum bisa mengelola harta dikhawatirkan akan sia-sia atau menyebabkan kerusakan. Harta yang dimaksudkan bisa saja berupa motor, handphone, atau perkakas lain yang bernilai besar. Waktu yang tepat untuk memberikan kepada anak adalah ketika mereka sudah baligh atau sempurna akalnya. Sehingga anak bisa menggunakannya untuk kemanfaatan dan kebaikan.


Ironisnya, di jalanan kita sering melihat ada anak kecil yang menaiki motor bahkan tanpa helm pengaman. Semoga saja tidak ada yang mengalami kejadian seperti Anto yang awalnya pengen senang-senang tapi ujungnya malah celaka. Naudzubillah min dzalik

 

Sumber ide tulisan: refleksi home visit siswa SD Juara Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar