Senin, 13 November 2017

Membongkar Rahasia 'Tambang Emas' Guru





ilustrasi siklus KBM


Sebuah Pendahuluan

Menyambung publikasi sebelumnya tentang 'tambang emas' guru, seperti yang dikatakan kemarin bahwa tambang emas itu terletak di kegiatan belajar mengajar (KBM). Itulah kegiatan utama yang dilakukan semua guru. Jadi semua guru bisa memiliki tambang emas dong? Iya, seperti itulah seharusnya.

Sebelum saya membongkar rahasia tambang emas, terlebih dulu mari kita kaji siklus KBM yang selama ini berlaku.
Kurang lebih KBM yang biasa dilakukan kalau dijelaskan seperti ini.
Di bagian paling dalam (ilustrasi seperti gambar diatas) ada siswa yang belajar. Diluarnya ada guru yang mengajar dengan berbagai strategi pendekatan walaupun pada kenyataannya kebanyakan masih menggunakan single approach atau satu pendekatan yaitu ceramah. Guru bicara di depan kelas, sementara siswa mendengarkan dan menyimak di bangku masing-masing dalam keadaan harus diam. Masih banyak banget guru yang hanya menggunakan cara ini. Dalam istilah lain saya biasa menyebut guru yang ceramah ila yaumil qiyamah.
Di lingkaran terluar dan biasanya hanya 3 siklus yaitu nilai yang dibuat guru dari evaluasi belajar sang murid.
Jika diringkas siklusnya menjadi: siswa (belajar)-guru (cara mengajar)-nilai.

Coba sekarang kita merenung sejenak. Dari siklus yang biasa berlaku seperti penjelasan diatas kira-kira apa yang sudah didapatkan dari proses KBM? Nilai di raport, nilai UN tertinggi.
Kemudian coba hubungkan adakah hubungan antara nilai yang diraih dengan kehidupan nyata yang dialami siswa? Jawabannya hampir tidak ada hubungan. Dalam dunia nyata tidak berbanding lurus antara siswa yang mendapatkan nilai tinggi pada suatu mata pelajaran yang dipelajari dengan sikap atau perilaku di kehidupannya. Biar lebih jelas ambil satu contoh, siswa yang mendapatkan nilai agama tinggi belum tentu benar-benar menjadi orang yang agamis dalam kehidupun nyata. Kenapa yach? Kemungkinan jawabannya adalah karena KBM yang terjadi hanya berkutat pada teori.

Nah, based on pengalaman saya mendapatkan alternatif siklus KBM seperti gambar diatas.
KBM yang saya impikan dimulai dari interaksi orang dengan orang lain; bisa siswa dengan guru, siswa dengan coach, siswa dengan mentor, siswa dengan maestro yang masing-masing memiliki fitroh atau sifat asli dari yang 'diatas'.
Interaksi tersebut bisa dengan berbagai bentuk atau strategi; bisa dengan diskusi, dengan melakukan observasi/kunjungan, bisa dengan praktek, bisa dengan magang, bisa dengan belajar langsung pada yang sudah ahli dan berbagai pendekatan dari yang sudah jelas ketemu namanya ataupun yang akan muncul belakangan.
Dari interaksi dengan berbagai bentuk kegiatan diharapkan menghasilkan sesuatu produk dalam berbagai bentuk juga. Produk bisa dalam bentuk; perubahan sikap, perubahan pemahaman, produk nyata berupa barang yang bisa digunakan untuk apapun. Diharapkan produk yang dihasilkan tersebut bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi target akhir KBM adalah menjadikan siswa menjadi orang yang terbaik karena bisa memberikan manfaat kepada yang lainnya. "Orang terbaik adalah yang bisa bermanfaat untuk oranglain" (Alhadits)

Kapan yach mimpi saya bisa jadi nyata? KBM menjadi sebuah kegiatan yang tidak hanya bermakna tetapi juga menghasilkan banyak nilai guna atau manfaat.


-- bersambung lagi yach--


Rabu, 08 November 2017

'Gila' berorganisasi


Dia bernama Muhammad Zayyan Abdullah. Siswa pindahan dari sekolah lain dan duduk di kelas III, kelas tertinggi yang kami buka. Padahal seharusnya tahun ajaran itu dia naik kelas IV.
Saya masih ingat dengan jelas bagaimana kondisi mas Zayyan saat awal masuk sekolah. Pendiam, pemalu, minim bicaranya itulah ciri khas dia. Jika diminta maju kedepan kelas untuk mengerjakan tugas atau bicara maka keringat deras mengucur basahi bajunya (kelihatan jelas).

Sampai tibalah saat titik balik terjadi. Mas Zayyan terpilih menjadi Presiden OSIS dan harus menyampaikan pidato perdananya di saat upacara senin pagi (lihat foto diatas).
Proses belajar telah mengubah 180 derajat perilaku mas Zayyan. Sejak dipercaya menjadi Presiden dia pun mulai percaya diri untuk bicara di depan umum dan aktif menyampaikan ide yang dimilikinya.
Bahkan dari pengakuannya setelah lulus dari SD kami, mas Zayyan menjadi peng'Gila' organisasi. Maka iapun menjadi petualang organisasi seperti pengakuannya dibawah ini.

  

"Alhamdulillah dari pengalaman saya menjadi ketua osis di SD Juara saya mendapat banyak pelajaran, dari bagaimana berorganisasi di dalam partai, membuat visi misi bersama teman2 satu partai, menentukan logo, nama, dan capres&cawapres, mulai berorasi, dll. Itu semua masih teringat jelas di pikiran saya, apalagi karena ini adalah osis yg ada di jenjang sekolah dasar. Berawal dari presiden osis ini lah yg membuat saya menjadi "penggila organisasi". Saat SMP, saya mengikuti semua organisasi yang ada di smp saya. Saya mengikuti organisasi2 ini karena saya berfikir sebelum saya terjun di dunia masyarakat yg sebenarnya, akan lebih baik saya berlatih terlebih dahulu untuk mempersiapkan di kehidupan nantinya. Organisasi menjadikan saya lebih bisa ber public speaking, lebih percaya diri, dan mungkin menjadikan saya dipercaya oleh teman2 saya...." (Testimoni M. Zayyan lewat WApri)



Kayaknya, menarik sekali jika proses belajar di sekolah menghasilkan sesuatu seperti kisah diatas.
Sekolah harus bisa menjadikan murid 'Gila' dengan makna seperti sebutan 'Gila' yang dilontarkan kepada para Nabi oleh kaumnya. Gila dengan makna outstanding, awesome, ruar bidahsyat dst intinya gila maknanya memiliki keunggulan yang jauh dari yang umum. Bukankah para ilmuwan juga sering di cap gila oleh orang-orang dimasanya?
Bagaimana ya caranya biar seluruh proses belajar di sekolah2 kita bisa menghasilkan ke'Gila'-an seperti itu? Jadi kepo nich...

Selasa, 07 November 2017

'Tambang Emas' Guru





 juara I lomba kompetensi guru, 2007


Kesejahteraan guru sering menjadi perbincangan hangat di kalangan sesama guru.
Di era 70-an sangat hit profil Oemar Bakri dengan penampilan sangat sederhana mengikuti keadaan sebenarnya yang memang bergaji kecil.
Memang gaji guru selamanya pasti kecil, karena yang besar adalah gajah. Begitulah seloroh para guru menghibur diri.
Ada juga yang mengaku gajinya 10 koma ('10 jt?') dalam maksud yang sebenarnya gaji diterima tanggal 1, tanggal 10 sudah koma alias kesusahan menyambung hidup karena amplop tinggal bungkusnya. Dan itulah kenyataan sebenarnya hampir semua guru di Indonesia. Karena mana ada guru disini yang berpenghasilan 10 juta. Mungkin nanti kalau presidennya pernah merasakan menjadi guru.
Beruntunglah guru yang sudah mendapatkan tunjangan sertifikasi. Paling tidak sedikit melonggarkan ikat pinggang dan menambah nafas untuk sampai hari jumat.

Sebenarnya, jika guru tahu mereka itu memiliki 'tambang emas' yang bisa menghasilkan diatas gaji mereka yang tidak usah lagi dibahas ulang nominalnya.
Guru hanya perlu sedikit lagi belajar untuk menemukan tambang emas tersebut dan menambangnya kapanpun ia mau. Bahkan hanya dengan mengalokasikan waktu belajar sehari saja guru juga sudah bisa menemukannya.

Alhamdulillah saya sudah pernah merasakan tambang emas itu. Bahkan sekarangpun saya sedang terus berusaha menambangnya.
Tahun 2007 menjadi awal tambang emas itu saya temukan. Saat itu saya mengikuti lomba kompetensi guru tingkat SMP dan berhasil menang juara I mendapatkan uang pembinaan, produk sponsor, dan piagam (seperti foto diatas).
Tahun 2010 saya berhasil menjuarai I lomba karya tulis pemberdayaan dengan tema pendidikan. Lumayan dapat uang pembinaan juga.
Tahun 2011 saya juara II lomba menulis esai untuk guru dapat hadiah yang lumayan bisa untuk makan sebulan.

Jika semua guru tahu tentang hal ini saya yakin tak akan ada murid yang terlantar karena ditinggal guru sekedar ngurus administrasi sertifikasi atau urusan lain. Karena 'tambang emas' itu sumbernya ada di kegiatan belajar bersama murid.
Sekolahpun akan senang karena para guru tetiba betah berada di sekolah bahkan melakukan banyak hal yang membuat sekolah makin dikenal dan makin meriah suasananya.

Apa ya yang saya maksud dengan 'tambang emas' guru tersebut? Pengen tau aja apa tahu buangets?

--- bersambung ---

Senin, 06 November 2017

Guru Trainer



training Inspiring Teacher, SMPN 1 Kudus


Menjadi seorang guru bukanlah akhir dari sebuah perjalanan profesi. Justru menjadi guru bisa menjadi awal dari karier berbagai profesi. Diantaranya adalah menjadi Trainer.

Itulah yang saya alami. Di medio 2007 saya memulai karier sebagai trainer setelah 5 tahun menjadi seorang guru SD. Profesi trainer masih berlanjut hingga hari, pun sebagai guru.

Foto diatas adalah debutan pertama saya sebagai trainer di SMPN 1 Kudus. Setelah itu minimal sebulan sekali sayapun mendapat permintaan jadi trainer khususnya pelatihan guru atau orangtua. Begitulah berlanjut hingga hari ini. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada bapak Effendi Nugroho yang memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi salah satu trainer Trustco Jawa Tengah. Bapak Effendi sendiri, kabarnya kini telah menjadi seorang saudagar. Dari seorang trainer menjadi seorang enterpreneur.

Jika anda saat ini seorang guru maka jangan berkecil hati, sungguh banyak peluang karier berbagai profesi bisa anda raih. Selain jadi trainer seorang guru bisa juga menjadi penulis, pelatih/coach, konsultan, pengusaha, pemilik sekolah dan seterusnya.